Senin, 30 Maret 2009

Jejak Pak Harto di atas Prangko


Peluncuran Buku "Jejak Pak Harto di Atas Prangko
30 Maret 2009

PELUNCURAN BUKU "JEJAK PAK HARTO DI ATAS PRANGKO"

Merangkai Sejarah Pak Harto Lewat Prangko

Prangko merupakan salah satu benda yang sangat akrab dalam kegiatan komunikasi bangsa Indonesia, khususnya pada masa setelah Indonesia merdeka hingga menjelang akhir milenium kedua. Prangko sebagai bukti bea pengiriman surat merupakan tulang punggung komunikasi antar insan secara universal. Khususnya di Indonesia, ketika teknologi telematika belum berkembang, berkirim surat antarindividu adalah aktivitas komunikasi yang marak dilakukan sebagian penduduk Indonesia.
Selain sebagai alat pelunasan biaya pengiriman surat, prangko juga sebagai alat pencatat perjalanan sejarah perjalanan bangsa. Suatu yang bisa dijadikan sebagai bahan renungan, penambah wawasan, wahana pendidikan, bahkan sarana rekreasi yang sehat dan mencerdaskan.
Dalam sambutannya pada acara peluncuran buku "Jejak Pak Harto Di Atas Prangko" Minggu 29 Maret 2009, bertempat di Sasono Mulyo Ballroom, Hotel Le Meridien, Jakarta, Hj. Siti Hardijanti Rukmana menyampaikan bahwa ada dua hal utama yang menjadi pertimbangan mendasar mengapa beliau begitu antusias menerbitkan buku ini, pertama buku ini memberikan informasi yang ringkas tentang tonggak-tonggak pembangunan yang Pak Harto pancangkan di berbagai bidang yang terdokumentasi secara nyata dalam bentuk prangko. Kedua, prangko merupakan salah satu benda yang sangat akrab dalam kegiatan komunikasi bangsa Indonesia khususnya pada masa setelah Indonesia merdeka hingga menjelang akhir milenium kedua.
Tak dapat dipungkiri, dalam kerangka inilah Pak Harto memiliki andil yang besar terhadap pemeranan prangko sebagai sarana perposan maupun media komunikasi pembangunan yang berharga. Sebaliknya, prangko juga banyak merekam langkah-langkah yang ditempuh Pak Harto dalam menggerakkan pembangunan bangsa. Dalam kerangka itulah, pihak keluarga menyambut baik usaha mendokumentasikan peran dan kiprah Pak Harto, sebagaimana terekam di atas prangko dalam suatu buku. Buku yang ditulis oleh Mahpudi dan diterbitkan oleh Yayasan Harapan Kita menjadi bukti keeratan hubungan prangko dengan Pak Harto. Melalui prangko, penulis berhasil menghimpun banyak peristiwa
Prangko, benda mungil bergerigi dan tipis tersebut, memiliki hubungan yang sangat erat dengan Pak Harto. Melalui prangko berhasil dihimpun banyak peristiwa penting dan bersejarah bagi Bangsa Indonesia selama Pak Harto memerintah. "Di bawah permukaan, tersimpan gunung es berupa informasi yang menunjukkan bagaimana prangko merekam dan mendokumentasikan dengan komprehensif pemikiran, gerak, langkah bahkan prestasi yang dicapai oleh pemerintah Orde Baru dengan Pak Harto sebagai Presidennya," tutur Mahpudi, pada sambutannya.
Pada acara peluncuran buku tersebut hadir pula para mantan petinggi pada jaman Pak Harto berkuasa, dan para tetamu dari keluarga Cendana, seperti Probo Sutedjo, Moerdiono, dan Sudwikatmono beserta Ibu.
Peluncuran buku dilakukan bertepatan dengan Peringatan Hari Filateli ke-87 pada tanggal 29 Maret 2009. Menurut Mbak Tutut, Pak Harto memang memanfaatkan semua media komunikasi yang ada untuk bisa memastikan rakyat mengerti, memahami, bersikap positif, dan mendukung serta berpartisipasi dalam program-program pembangunan yang dikelolanya. Sebab itu, kita mengenal Prangko Pelita yang banyak menggambarkan aktivitas dan menggambarkan pesan-pesan pembangunan.
Untuk lebih memaknai peluncuran buku "Jejak Pak Harto di Atas Prangko", PFI juga menerbitkan Sampul Peringatannya. Mbak Tutut, membubuhkan tandatangannya pada Sampul Peringatan selaku Ketua Umum Yayasan Harapan Kita, serta selaku penerbit buku tersebut bersama dengan Basuki Yusuf Iskandar yang mewakil Menteri Kominfo.
Sampul Peringatan bernomer Reg. 258 dicetak oleh PFI, sebanyak 1.000 lembar saja dengan harga nominal @ Rp 5.000,-. Bisa didapatkan di Kantor Filateli Jakarta, Jl. Gedung Kesenian No. 2 Jakarta 10710.
Ada pepatah mengatakan; Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, dan bila seorang "besar" mangkat akan meninggalkan nama serta jasa-jasa yang patut dikenang.