Selasa, 31 Maret 2009

Ceko luncurkan prangko Ramayana - Bali

Ceko Luncurkan Perangko Ramayana Indonesia

Dinas Pos Ceko mencetak dan merilis perangko nasional bergambar Ramayana versi Bali, Indonesia. Perangko ini diedarkan mulai 18/3/2009 dengan harga 24 Kc (Kron Ceko).Resepsi peluncuran perangko bernuasana Indonesia tersebut telah berlangsung di Istana Zbraslav, Praha, pada Jumat (20/3/2009). Duta Besar RI Salim Said dalam resepsi tersebut diwakili oleh Korfungsi Pensosbudpar Azis Nurwahyudi. "Melalui perangko dapat diperkenalkan budaya Indonesia untuk mempererat hubungan kedua bangsa dan meningkatkan people to people contact," ujar Azis dalam sambutannya.Menurut Azis, perangko seri gambar Ramayana tersebut akan semakin menambah informasi warga Ceko mengenai kebudayaan Indonesia.Dalam resepsi peluncuran perangko Ramayana itu KBRI Praha menampilkan gamelan Bali yang dimainkan oleh Vaclac Trojan, mantan penerima Beasiswa Darmasiswa, dengan mengalunkan lagu Tulang Landung dan Cecak Bergelut. Iringan gamelan Bali ini menghadirkan atmosfer Bali semakin kuat terasa. Sementara itu Direktur Museum Kebudayaan Ceko bidang Asia, Afrika dan Amerika Dr. Blanka Ramesova menjelaskan dalam bahasa Ceko kepada para tamu undangan yang memenuhi istana mengenai makna gambar sebagai bagian dari lakon cerita Ramayana yang populer di Indonesia. Peluncuran perangko Ramayanan ini disambut gembira oleh Ketua Perkumpulan Filateli Ceko, Karel Machacek. Perangko bermotif kebudayaan Indonesia ini melengkapi edisi lainnya dengan latarbelakang budaya Cina, yang tahun ini juga dicetak dengan harga edar 18 Kc. Sebelumnya di 2007, Republik Ceko juga telah mencetak dan mengedarkan perangko bergambar kebudayaan dari India dan Jepang.
PERUBAHAN RENCANA JOINT ISSUE STAMPS TAHUN 2009
Semula prangko Ramayana Bali ini akan dijadikan Joint Issue Stamps (JIS) dengan penerbitan Indoensia sesuai jadwal rencana terbit tahun 2009. Karena bersifat pertukaran budaya antar bangsa maka diurus oleh pihak Ditjen Postel, dikarenakan usulan desain yang sudah diajukan pihak Post Ceko lamban ditangani pihak Ditjen Postel, maka rencana Joint Issue (Penerbitan bersama) dengan pihak Ceko tahun 2009 ini dibatalkan. Kejadian yang sama juga JIS dengan pihak Belanda tahun 2009 ini ditiadakan, sedangkan dengan Singfapura justru menjadi penggantinya dan akan diluncurkan pada tgl 28 Oktober 2009 bertepatan dengan peringatan Sumpah pemuda. Sedangkan JIS dengan Afrika Selatan yang semula direncanakan pada bulan Februari 2009 diundurkan ke 12 Agustus 2009

Senin, 30 Maret 2009

Jejak Pak Harto di atas Prangko


Peluncuran Buku "Jejak Pak Harto di Atas Prangko
30 Maret 2009

PELUNCURAN BUKU "JEJAK PAK HARTO DI ATAS PRANGKO"

Merangkai Sejarah Pak Harto Lewat Prangko

Prangko merupakan salah satu benda yang sangat akrab dalam kegiatan komunikasi bangsa Indonesia, khususnya pada masa setelah Indonesia merdeka hingga menjelang akhir milenium kedua. Prangko sebagai bukti bea pengiriman surat merupakan tulang punggung komunikasi antar insan secara universal. Khususnya di Indonesia, ketika teknologi telematika belum berkembang, berkirim surat antarindividu adalah aktivitas komunikasi yang marak dilakukan sebagian penduduk Indonesia.
Selain sebagai alat pelunasan biaya pengiriman surat, prangko juga sebagai alat pencatat perjalanan sejarah perjalanan bangsa. Suatu yang bisa dijadikan sebagai bahan renungan, penambah wawasan, wahana pendidikan, bahkan sarana rekreasi yang sehat dan mencerdaskan.
Dalam sambutannya pada acara peluncuran buku "Jejak Pak Harto Di Atas Prangko" Minggu 29 Maret 2009, bertempat di Sasono Mulyo Ballroom, Hotel Le Meridien, Jakarta, Hj. Siti Hardijanti Rukmana menyampaikan bahwa ada dua hal utama yang menjadi pertimbangan mendasar mengapa beliau begitu antusias menerbitkan buku ini, pertama buku ini memberikan informasi yang ringkas tentang tonggak-tonggak pembangunan yang Pak Harto pancangkan di berbagai bidang yang terdokumentasi secara nyata dalam bentuk prangko. Kedua, prangko merupakan salah satu benda yang sangat akrab dalam kegiatan komunikasi bangsa Indonesia khususnya pada masa setelah Indonesia merdeka hingga menjelang akhir milenium kedua.
Tak dapat dipungkiri, dalam kerangka inilah Pak Harto memiliki andil yang besar terhadap pemeranan prangko sebagai sarana perposan maupun media komunikasi pembangunan yang berharga. Sebaliknya, prangko juga banyak merekam langkah-langkah yang ditempuh Pak Harto dalam menggerakkan pembangunan bangsa. Dalam kerangka itulah, pihak keluarga menyambut baik usaha mendokumentasikan peran dan kiprah Pak Harto, sebagaimana terekam di atas prangko dalam suatu buku. Buku yang ditulis oleh Mahpudi dan diterbitkan oleh Yayasan Harapan Kita menjadi bukti keeratan hubungan prangko dengan Pak Harto. Melalui prangko, penulis berhasil menghimpun banyak peristiwa
Prangko, benda mungil bergerigi dan tipis tersebut, memiliki hubungan yang sangat erat dengan Pak Harto. Melalui prangko berhasil dihimpun banyak peristiwa penting dan bersejarah bagi Bangsa Indonesia selama Pak Harto memerintah. "Di bawah permukaan, tersimpan gunung es berupa informasi yang menunjukkan bagaimana prangko merekam dan mendokumentasikan dengan komprehensif pemikiran, gerak, langkah bahkan prestasi yang dicapai oleh pemerintah Orde Baru dengan Pak Harto sebagai Presidennya," tutur Mahpudi, pada sambutannya.
Pada acara peluncuran buku tersebut hadir pula para mantan petinggi pada jaman Pak Harto berkuasa, dan para tetamu dari keluarga Cendana, seperti Probo Sutedjo, Moerdiono, dan Sudwikatmono beserta Ibu.
Peluncuran buku dilakukan bertepatan dengan Peringatan Hari Filateli ke-87 pada tanggal 29 Maret 2009. Menurut Mbak Tutut, Pak Harto memang memanfaatkan semua media komunikasi yang ada untuk bisa memastikan rakyat mengerti, memahami, bersikap positif, dan mendukung serta berpartisipasi dalam program-program pembangunan yang dikelolanya. Sebab itu, kita mengenal Prangko Pelita yang banyak menggambarkan aktivitas dan menggambarkan pesan-pesan pembangunan.
Untuk lebih memaknai peluncuran buku "Jejak Pak Harto di Atas Prangko", PFI juga menerbitkan Sampul Peringatannya. Mbak Tutut, membubuhkan tandatangannya pada Sampul Peringatan selaku Ketua Umum Yayasan Harapan Kita, serta selaku penerbit buku tersebut bersama dengan Basuki Yusuf Iskandar yang mewakil Menteri Kominfo.
Sampul Peringatan bernomer Reg. 258 dicetak oleh PFI, sebanyak 1.000 lembar saja dengan harga nominal @ Rp 5.000,-. Bisa didapatkan di Kantor Filateli Jakarta, Jl. Gedung Kesenian No. 2 Jakarta 10710.
Ada pepatah mengatakan; Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, dan bila seorang "besar" mangkat akan meninggalkan nama serta jasa-jasa yang patut dikenang.

Rabu, 18 Maret 2009

PRANGKO PRISMA 2009



MOMEN PENTING DALAM KEHIDUPAN ANDA (PRISMA 2009)
Februari 2009

Telah terbit 5 macam prangko prisma (personalisasi) seri Momen penting dalam kehidupan. Terbit Februari 2009 dengan harga jual termasuk biaya personalisasi Rp 20000,-/sheet. tema yang diterbitkan mengenai keagamaan, ulang tahun, wisuda, kelahiran dan wisuda. Tiap sheet terdiri dari 8 keping nominal @ Rp 1500,-. Dapatkan di loket filateli Kantor Pos yang menyediakan layanan prangko Prisma ini.

Selasa, 17 Maret 2009

SOUVENIR SHEET PRESERVE POLAR REGIONS & GLACIER












SOUVENIR SHEET PRESERVE POLAR REGIONS & GLACIER

18 Maret 2009


PT Pos Indoensia pada tgl 18 Maret 2009 menerbitkan Souvenir Sheet seri Preserve Polar Regions & Glaciers bernominal Rp 5000,- ( memuat 2 keping prangko x @Rp 2500 ). Desain SS ini merupakan redesain dari SS Lingkungan Hidup tahun 2007 lalu. Lihat perbedaannya di gambar atas. Turut diterbitkan pula Sampul Hari Pertama (SHP) Souvenir Sheet dengan harga jual Rp 7.000,-/sampul. Ide penerbitan datang dari negara Finlandia dan setidaknya 40 negara menerbitkan seri semacam ini bersamaan (omnibus). Wuih...

Jumat, 06 Maret 2009

PRANGKO SERI PRMILU 2009







Prangko Seri Pemilu 2009

06 Maret 2009
Serba-serbi Pemilu
Pemilihan umum (pemilu) adalah suatu proses pemungutan suara untuk memilih calon anggota legislatif maupun berbagai jabatan politik dari presiden, gubernur hingga walikota atau bupati beserta wakilnya. Pemilu dilaksanakan setiap lima tahun oleh Komisi Pemilihan Umum menggunakan asas langsung, umum, bebas dan rahasia serta jujur dan adil. Sebelum pemungutan suara dilakukan, para calon dan partai politik peserta pemilu akan menawarkan berbagai program dan janji politiknya kepada para konstituen atau pemilihnya selam masa kampanye. Pemenang pemilu akan ditentukan oleh jumlah suara yang diperoleh oleh masing-masing kontestan.
Pemilu tahun 1955 merupakan pemilu yang pertama dalam sejarah bangsa Indonesia. Dalam pemilu ini pemungutan suara dilakukan dua kali, yaitu pada tanggal 29 September untuk memlih anggota-anggota DPR dan tanggal 15 Desember untuk memilih anggota-anggota Dewan Konstituante. Pemilu yang diikuti oleh lebih dari 30 partai politik serta ratusan calon perorangan ini tercatat sebagai pemilu yang sangat demokratis.
Pemilu berikutnya berlangsung pada tanggal 5 Juli 1971. Pemilu ini diselenggarakan pada masa Pemerintahan Orde Baru. Hal yang membedakan secara signifikan dengan Pemilu 1955 adalah netralitas jajaran birokrasi pemerintahan dalam penyelenggaraan pemilu yang diikuti oleh 10 partai politik ini.
Setelah 1971, pemilu dilaksanakan secara periodik dan teratur, berturut-turut pada tahun 1977, 1982, 1987, 1992 dan 1997. Dalam lima kali penyelenggaraan pemilu ini jumlah pesertanya menjadi semakin sedikit setelah Pemerintah dan DPR menyederhanakan jumlah partai menjadi tiga.
Setelah Presiden Suharto lengser pada tanggal 21 Mei 2008, atas desakan publik Pemerintahan BJ Habibie mempercepat pelaksanaan pemilu pada tanggal 7 Juni 1999. Salah satu alasan yang mendasari adalah untuk memperoleh pengakuan atau kepercayaan dari publik serta dunia internasional. Pemilu untuk memilih anggota parlemen ini diikuti oleh 48 partai politik.
Pemilu tahun 2004 adalah pemilu pertama di era Reformasi yang memungkinkan rakyat untuk memilih anggota parlemen dan pasangan presiden/wakil presiden secara langsung. Pemilu ini berlangsung dalam 3 tahap. Tahap pertama dilaksanakan tanggal 5 April untuk memilih calon anggota DPR, DPRD dan DPD yang diikuti oleh 24 partai. Tahap kedua dilaksanakan tanggal 5 Juli untuk memilih pasangan calon presiden /wakil presiden. Tahap ketiga dilaksanakan tanggal 20 September sebagai putaran kedua yang diikuti dua calon pasangan presiden/wakil presiden yang memperoleh suara terbanyak.
Pemilu di Indonesia kembali akan diselenggarakan pada tanggal 9 April 2009. Pemilu legislatif ini akan diikuti oleh 44 partai politik termasuk 6 partai lokal di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Bila pada pelaksanaan pemilu-pemilu sebelumnya tata cara pemungutan suara dilakukan dengan mencoblos kertas suara, maka pada pemilu kali ini dilakukan dengan mencontreng daftar nama atau tanda gambar pada kertas suara.

Prangko Pemilu

Prangko Pemilu yang diluncurkan pada tanggal 5 Maret 2009 terdiri dari 4 keping dengan harga nominal @ Rp 1.500,-/keping atau Rp 6.000,-/set. Bila ingin mengkoleksi pula gambar-gambar partai-partai peserta pemilu tahun ini, bisa didapatkan dengan membeli 1 lembar Fullsheet prangko tersebut. Dan bisa didapatkan dengan harga Rp 30.000,-.
Sebagai produk turunan dari prangko tersebut Pos Indonesia mencetak pula Sampul Hari Pertama dengan harga Rp 8.000,-/spl dan dicetak terbatas 5.000 spl saja. Jangan ketinggalan mengkoleksi prangko Pemilu Tahun 2009, atau harus menunggu 5 tahun lagi.

Senin, 02 Maret 2009

PRANGKO DAN KOIN 50 TAHUN EMAS ITB


















Pos Indonesia Luncurkan Prangko 50 Dies Emas ITB
Pada tanggal 2 Maret 1959, Pemerintah Indonesia meresmikan berdirinya ITB. Tetapi menurut sejarah, ITB (Institut Teknologi Bandung) berawal pada permulaan abad kedua puluh atau tepatnya pada tanggal 3 Juli 1920 dengan berdirinya De Technische Hoogeschool te Bandung yang memiliki satu fakultas de Faculteit van Technische Wetenschap dengan satu jurusan de afdeeling der Weg en Waterbouw. Alasan mengapa pemerintah Belanda mendirikan lembaga pendidikan ini terutama untuk memenuhi kebutuhan tenaga teknik yang menjadi sulit karena hubungan negeri Belanda dengan wilayah jajahannya di Nusantara terganggu akibat pecah Perang Dunia Pertama.
ITB lahir dalam suasana penuh dinamika mengemban misi pengabdian ilmu pengetahuan dan teknologi yang berpijak pada kehidupan nyata di bumi bagi kehidupan dan pembangunan bangsa yang maju dan bermartabat. Kampus utama ITB saat ini merupakan lokasi dari sekolah tinggi teknik pertama di Indonesia.
Perkembangan.Pada dasawarsa pertama tahun 1960-an, ITB mulai membina dan melengkapi diri dengan kepranataan yang harus diadakan. Pada masa ini dilakukan persiapan pengisian organisasi bidang pendidikan dan pengajaran serta meningkatkan jumlah dan kemampuan tenaga pengajar melalui penugasan ke luar negeri. Walaupun melalui masa-masa yang sulit, pada dasawarsa kedua tahun 1970-an, unit akademis yang telah dibentuk berubah menjadi unit kerja yang juga berfungsi sebagai unit sosial-ekonomi yang secara terbatas menjadi institusi semi-otonomi.
Perkembangan ITB pada dasawarsa ketiga tahun 1980-an ditandai dengan kepranataan dan proses belajar dan mengajar yang mulai memasuki era modern dengan sarana fisik kampus yang makin lengkap.Memasuki dasawarsa keempat tahun 1990-an, perguruan tinggi teknik yang semula hanya mempunyai satu jurusan pendidikan, kini memiliki 26 Departemen Program Sarjana, termasuk Departemen Sosioteknologi, 34 program Studi S2/Magister dan 3 Bidang Studi S3/Doktor yang mencakup unsur-unsur ilmu pengetahuan, teknologi, seni, bisnis dan ilmu-ilmu kemanusiaan.Mengawali dasawarsa kelima tahun 2000-an, Pemerintah melalui Peraturan Pemerintah No. 155/tahun 2000 menetapkan ITB sebagai suatu Badan Hukum Milik Negara sejak tanggal 26 Desember 2000. Perguruan Tinggi Negeri dengan status badan hukum adalah sesuatu tanpa presenden dalam sejarah pendidikan di Indonesia. Latar belakang kebijakan ini adalah agar ITB sebagai salah satu Perguruan Tinggi Negeri memperoleh kemandirian, otonomi dan tanggung jawab yang lebih besar untuk menjawab tantangan globalisasi.

Prangko 50 Tahun ITB

Untuk menandai dan membuat ulang tahun ke 50 lebih bermakna, ITB bekerjasama dengan Dirjen Postel menerbitkan prangko seri 50 Tahun ITB. Dalam rangka Dies Emas tersebut prangko yang akan diluncurkan adalah desain dari salah seorang alumnus ITB yang sekarang pun menjadi dosen ITB yaitu Imam Sudjudi. Seri prangko 50 Tahun ITB terdiri dari 4 (empat) keping prangko dengan nilai nominal Rp 1.500/keping.
Selain prangko diterbitkan pula Sampul Hari Pertama yang dicetak terbatas, hanya 5.000 lembar dengan harga Rp 8.000,- Dan bagi penggemar filateli, bila ingin koleksinya dapat disimpan dimana saja, tanpa takut kotor, sobek atau terlipat, Pos Indonesia menyediakan dalam bentuk kemasan dengan harga Rp 25.000,- dan dicetak sebanyak 2.000 buah saja. Mari kita lengkapi koleksi filateli dengan prangko seri 50 Tahun ITB ini.

Seementara itu pihak ITB sendiri juga menerbitkan folder / kemasan khusus berisi koin emas dan prangko seharga Rp 35.000.000,- (diameter 3,5 cm) dan Rp 50.000.000,- (diameter 5 cm).